Catatan Akhir Tahun
Tulisan
ini ku buat dalam keadaan panas yang luar biasa juga keadaan rumah yang sedang
ramai-ramainya. Sampai-sampai aku melarikan diri ke atas loteng supaya tidak
diganggu oleh keponakan-keponakan ku yang jailnya minta ampun.
Sehabis
mandi pagi tadi aku mendapatkan ide untuk menulis sedikit tentang ulasan tahun
2015 juga cita-cita, impian, harapan di tahun 2016 yang tinggal menghitung jam
lagi akan datang. Rasa-rasanya setiap tahun ya begini saja. Selalu punya apa
yang disebut kebanyakan orang dengan resolusi namun belum ada tekad se-serius
tahun ini untuk mewujudkan resolusi yang kalau bung Fiersa katakan itu bukan
sekedar resolusi tapi juga revolusi. Kenapa harus menunggu pergantian tahun untuk memulai ? Kenapa tidak di penghujung tahun, saat
Desember ? Bulan kelahiran ? Baiklah, sebenarnya tidak ada yang special dari
pergantian hari, minggu,bulan, tahun. Toh semuanya tetap saja. Matahari terbit
pagi hari kelak terbenam sore hari. Namun kalau boleh sedikit aku memaknai
pergantian tahun. Kesannya adalah berkaitan dengan perhitungan kalender. Kita
lebih mudah menghitung sebuah usaha atauun rentetan peristiwa itu dalam
hitungan waktu. Selain itu juga, suatu permulaan haruslah menjadi permulaan
yang baik, agar memberikan proses yang baik dan tentunya hasil yang baik pula.
Itulah sebabnya mengapa Minggu dan Desember seringkali sendu. Barangkali Tuhan
sengaja, supaya kelak Senin dan Januari mu benar-benar jadi hari dan bulan yang
baru. Setidaknya untuk semangat dan mimpi-mimpi yang baru, harapan juga
keyakinan yang baru sebagai tabungan semangat untuk setahunmu. Setidaknya
begitulah.
Bebicara tentang 2015. Mungkin merupakan tahun yang
cukup berat untuk kulalui. Pertengahan april aku mendapati diriku terbangun
pada waktu subuh dalam keadaan mimpi buruk. Setelah mimpi tersebut aku bangun
untuk sholat subuh dalam keadaan orang rumah sedang tertidur pulas. Dalam
sholat aku menemukan jantungku yang terus berdebar-debar, sangat kencang,
seakan ingin loncat dari tempatnya bernaung. Aku menjadi panik luar biasa.
Kejadian itu berulang pada malam berikutnya. Malam besoknya, aku memutuskan
untuk pergi ke dokter lantaran kondisi kesehatanku yang dirasa semakin
memburuk. Namun setelah sampai ke dokter aku hanya di vonis kecapaian, kurang
makan, kurang istirahat – mungkin benar demikian, tapi yang kurasa sungguh
bukan sekedar kecapaian. Sejak saat itu aku mulai menjadi pribadi yang tidak ku
kenal sama sekali. Mejadi orang yang sangat penakut sekali, tidak punya harapan
juga keberanian pada hidup. Hampir sebulan sekali aku berobat, rasanya penyakit
yang (tidak jelas) ku alami itu makin beragam saja. Mulai dari pergi ke klinik
sampai ke dokter THT. Belakangan aku, di vonis stress oleh dokter. Mungkin
karena aku belum terbiasa, atau terlalu muak dengan kegiatan kampus, juga dua
organisasi yang aku tekuni. Sejak pertengahan april hingga agustus aku tidak
berhenti minum obat paling tidak hanya vitamin. Puncaknya adalah sewaktu aku
kembali libuaran panjang ke Pontianak, aku digotong oleh temanku ke Rumah Sakit
lantaran seluruh tubuhku lemah seketika. Dokter bilang juga cuma kecapaian, sementara
aku menyimpulkan sendiri bahwa stress ku belum kunjung hilang. Semenjak aku
sering sakit-sakitan aku tidak menjadi diriku sendiri. Sedikit baca buku, takut
bermimpi, jarang bernyanyi, takut untuk pergi jauh-jauh dari rumah, bahkan
takut jika tidur hanya berdua. Seluruh hidupku dipenuhi dengan ketakutan dan
kecemasan.
Sampai pada awal Oktober, aku mulai menyususn
management stress dan pola hidup yang sedikit lebih baik. Minum susu setiap
pagi, makan tiga kali sehari dan tidur yang berkualitas (karena selama sakit
aku tidak bias tidur nyenyak). Sejak itu pola hidupku mulai membaik, ditambah
lagi dengan kegiatan sehari-hari yang mulai teratur. Aku mulai kembali
menemukan diriku sebenarnya, yang tahan tidak sarapan bahkan telat makan siang,
yang tahan untuk tidak tidur semalaman, yang cukup tangguh jika berkendara jauh
dalam keadaan hujan, yang biasa pulang ke rumah sendirian pukul sebelas malam, yang
selalu merasa baik-baik saja dalam keadaan sibuk yang luar biasa, yang bisa tidur di mana saja. Aku merasa kondisiku sudah baik
meskipun aku harus tetap beristirahat. Semua itu aku temukan kembali berkat
teman-teman dan orang terdekatku. Mereka yang selalu mengingatkanku untuk jangan
terlalu sibuk, mereka yang selalu mengingatkanku untuk dapat membagi waktu
antara keluarga, juga waktu untuk diri sendiri, mereka yang selalu
mengingatkanku banyak-banyak membaca, mereka yang selalu mengajakku berdiskusi
sampai tengah malam, juga mereka yang sering protes-protes lantaran aku sulit
sekali untuk di ajak keluar – nyantai. Terimakasih untuk kawan-kawanku yang
mengagumkan. Pada usiaku yang ke dua puluh aku mendapati diri dalam keadaan
tangguh dan luar biasa. Kalian mengajarkanku bahwa sebagai perempuan sekalipun
aku tidak boleh menyerah dan lemah dalam keadaan apapun. Aku harus tetap jadi
perempuan yang tangguh sesulit apapun keadaannya. Mama selalu bilang dimanapun
berada jangan lupa berdo’a. Benar sekali, jika kita sudah tidak bisa dan memang
tidak bisa berharap kepada ciptaanNya maka kepada siapa lagi kita berharap jika
bukan kepada pemilik semesta ini.
Nah,
awal tahun 2016 ini aku sudah menyusun beberapa resolusi sekaligus revolusi
selama setahun. Yang ku harap tentu resolusi kali ini tidak bernasib sama
dengan resolusi-resolusi sebelumnya. Aku benar-benar ingin menantang diri
sendiri untuk bisa bermimpi setinggi mungkin kemudian berbuat untuk
mewujudkannya. Aku ingin terbang bebas menatap dunia yang keras kemudian
berjuang menggapai mimpi, melampaui kemampuanku sendiri untuk mewujudkan
mimpi-mimpi tersebut. Seperti sebuah lirik lagu dari miliknya Vierra dengan
judul Terbang yang akhir-akhir ini selalu memacu semangatku.
Di
balik sebuah mimpi
Ada
sebuah harapan
Ada
sebuah kisah yang tersimpan
Berjuang
untuk hidup
Berjuang
untuk jiwa
Berjuang
untuk sahabat sejati
Dan,
aku ingin terus bermimpi
Dan,
ingin mewujudkannya
Bila
harus ku berlari, bila harus ku terjatuh, bila nanti ku terluka ku tak akan
meminta
Di
sinilah aku berdiri, di sinilah aku bertahan, aku tak akan berpaling
Karena
ku bisa, dan ku akan terbang.
Resolusi
dan Revolusi 2016
1. Menulis
minimal satu buku
2. Siaran
di Radio Swasta
3. Punya
gitar sendiri
4. Harus
pandai main gitar
5. Membaca
50 buku
6. Belajar
bahasa inggris
7. Jalan-jalan
MENNN
8. Ikuti
banyak lomba
9. Ambil
jurusan Internasional
10. Sudah
ada JUDUL
11. NABUNG
!!!!
12. Gabung
Komunitas Sosial
13. Kampanye
Produk Anak Bangsa
Kalo
aku nggak bisa ngelakuin minimal lima dari resolusi itu, aku bersedia cukur
alis sampai gundul dan kemana-mana nggak boleh pakai pensil alis.
Baiklah
saatnya mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal untuk tahun 2015 yang
sangat luar biasa, serta selamat datang hari baru, semangat baru dan
motivasi-motivasi baru. Semoga harapan tidak sekedar harapan, mimpi tidak hanya
jadi mimpi, dan resolusi tak sekedar resolusi tetapi adalah revolusi. Selamat tahun
baru 2016, semoga selalu diberikan kesehatan.
Komentar
Posting Komentar