Perihal Mencintai
Malam
ini sebetulnya jadi malam yang kembali panjang buatku, sebab masih begitu
banyak pekerjaan yang menunggu untuk di selesaikan mengingat batas waktu yang
sudah sangat mepet. Tapi seperti yang kau baca saat ini, aku malah memilih
mengahbiskan malam terlalu cepat dengan menulis catatan ini. Kalau di
ingat-ingat sudah lama juga tidak menulis. Meskipun tulisanku selama ini masih
sebatas curhat colongan yang barangkali tidak penting juga untuk kalian baca. Yahh,
tapi seperti biasanya, aku selalu menawarkan sebuah gagasan, sebuah opini
tentang permasalah kehiupan (sebut saja begitu).
Aku
pulang terlalu awal malam ini, biasanya selalu pergi pagi dan pulang tengah
malam. Dua minggu belakangan ini, otak dan tubuhku sedang di porsir sama lelah
nya. Waktu istirahat yang sedikit berbanding terbalik dengan porsi tenaga yang
harus dikeluarkan badan dan pikiran. Hal itu menyebabkan aku sering kehilangan
motivasi, mudah lemah semangat, manja, dan beragam hal bulshit sejenis itu yang
mengganggu aktivitasku. Mendadak sifat asliku muncul – melankolis. Dan mulailah
aku mengaitkan kejadian yang satu dengan yang lain. Di saat seperti ini, yang
diperlukan adalah berada di dekat orang-orang tersayang yang juga menyayangi
kita, dan kelompok yang paling wajar disebut demikian adalah keluarga. Sayangnya
aku berada jauh dari keluarga, meskipun di sini sudah ku temukan sekelempok
orang juga yang ku sebut keluarga. Tapi tetap saja, aku selalu merasa sendiri
di tengah kelemahan ini.
Sebenarnya
aku hanya ingin berbagi perihal mencintai. Apa itu mencintai ? Bagaimana
mencintai ? Adakah orang yang benar-benar mencintai orang lain ? Kenapa kita
takut hidup sendiri ? Kenapa kita sedih jika ditinggalkan ? Sebenarnya itu
adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering aku pertanyakan sendiri.
Aduhh,
di tengah perjalanan menulis ini aku malah sulit merangkai kata-kata, padahal
jujur saja tadi aku ngomong-ngomong sendiri di jalan, curhat colongan sama
jalan raya. Eh sekalinya mau di tulis malah ilang semua. Yaudah gini aja deh
langsung ke point nya aja. Kesimpulannya gini, menurutku di dunia ini nggak ada
orang yang betul-betul mencintai orang lain, yang ada hanya orang yang
mencintai dirinya sendiri. Buktinya mereka lebih setia kepada egonya ketimbang
pasangannya, ketimbang orang tuanya, bahkan Tuhannya. Aku rasa setiap hal yang
dilakukan oleh orang ke orang lain memiliki unsur kepentingan termasuk dalam
mencinta. Setulus apapun perasaan itu tujuannya adalah kepentingan. Pasangan kita
bisa memberikan kita rasa nyaman, maka kepentingan kita adalah untuk selalu
mendapatkan rasa nyaman darinya. Begitu juga yang lainnya. Jadi menurutku,
cinta itu adalah hubungan politik paling manis sekaligus sadis yang ada di
dunia ini. Heheee, terserah deh mau setuju apa nggak. Dan satu hal lagi,
mengenai pacaran. Aku seringkali berdiskusi dengan teman-temanku perihal
pacaran. Perikatan jenis apakah pacaran itu ? Apakah ada syarat-syarat pacaran
? Hak dan kewajiban di dalamnya ? Sehingga kita harus menuntut ini dan itu dari
pasangan kita ? Aku rasa jika kita berpikir logis maka semua itu tidak ada. Apakah
ada kewajiban kita harus selalu ada buat pasangan ? Apa ada kewajiban kita
harus bayarain makanan pasangan saat makan bareng ? Apa ada kewajiban kita
harus selalu mengabari dimana pun kita berada ? Aku rasa nggak pernah ada
kewajiban seperti itu. Dan hak ? Apa kita berhak untuk melarang pasangan kita
jalan dengan yang lain ? Apa kita punya hak untuk marah saat pasangan kita
lebih memilih pergi bersama teman-temannya ketimbang kita ? Aku rasa kita juga
tidak punya hak untuk itu. Atas dasar apa coba ? Kita ini apa ? Pacaran itu apa
coba ? Jadi sekarang jangan sedih kalau pacar kalian ninggalin kalian gitu aja
karena ego dia, dia punya hak buat menjali hidupnya sendiri. Dan kita juga
punya hak yang sama. Rasa sepi, sendiri, tidak di cintai itu hanya berasal dari
diri kita sendiri yang belum sepenuhnya mencintai diri sendiri, hingga kita
terlalu bergantung dengan orang lain, nggak bisa ngapa-ngapain tanpa orang itu.
Kasian kan ? Nah aku sangat setuju dengan kutipan sebuah buku yang pernah ku
baca. “Tidak ada cara lain untuk mencinta selain mencintai dengan utuh.” Itu kutipan
bukunya. Tapi kutipan itu aku simpulkan dan aku tambah sendiri menjadi “Tidak ada
cara lain untuk mencinta selain mencintai dengan utuh tapi syaratnya kau harus
mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu.” Nah kira-kira begitu, mencintai dan
dicintai itu adalah dua hal yang harus berjalanan beriringan menurutku. Tidak bisa
hanya sepiha saja. Sebab yang mengerti tidak meminta untuk di mengerti, dan
yang memahami tidak pernah minta untuk di pahami.
Oke
sekian curhat colongan yang nggak terstruktur banget malam ini.
"Sebab yang mengerti tidak meminta untuk di mengerti, dan yang memahami tidak pernah minta untuk di pahami."
Komentar
Posting Komentar