Waktu yang Tepat untuk Memeluk Diri Sendiri
Setidaknya dari 30 hari dalam
satu bulan ada satu hari di mana saya seringkali kehilangan kepercayaan akan
banyak hal. Mimpi-mimpi yang sudah saya perhitungkan, jalan yang saya pilih
hingga orang-orang yang saya pertahankan dalam kehidupan saya. Pada hari itu,
saya seringkali mempertanyakan sekaligus kehilangan minat pada banyak hal. Saya
senang menyebutnya waktu di mana saya tidak perlu untuk memperjuangkan apapun.
Waktu di mana saya rasa ingin menyerah dan berharap ada sistem otomatis yang
akan mengatur seluruh sisa hidup saya – saya tidak perlu berpikir keras atau
memilih dengan bijak, yang saya perlukan hanya pasrah dan menjalani apa yang
sudah diprogramkan dalam sistem hidup saya.
Hari-hari itu, jujur saja, seringkali membuat
saya kewalahan karena saya akan jadi satu-satunya orang yang berhasil memeluk
diri saya sendiri. Saya bisa mengurung diri seharian di kamar, tidak
berinteraksi dengan orang-orang dan hanya menghabiskan waktu dengan menagis dan
berbicara pada diri sendiri. Saya punya
banyak teman dan pilihan ke mana saya harus menyangkal habis-habisan semua
perasaan hampa itu. Tetapi, pada hari itu saya tidak ingin bicara pada
siapapun.
Saya rasa, saya benar-benar
berada di ambang batas antara merasa kesepian tetapi tidak ingin ditemani. Entahlah.
Saya seringkali kesulitan untuk berdamai dengan hari-hari buruk dalam hidup
saya. Sampai akhirnya saya sadar, mungkin inilah saat yang tepat untuk memeluk
diri sendiri. Waktu yang tepat untuk merayakan kehilangan, merapalkan kembali
permintaan dan harapan, merasakan apa yang sepatutnya dirasakan. Sebelum
kembali melepas dan menjalani kehidupan dengan lebih ringan. Ketika hari-hari
buruk itu terus berulang, saya sempat berpikir ada yang salah dengan hidup saya.
Namun tampaknya saya harus bersyukur. Karena sejatinya begitulah kehidupan,
kita tidak bisa hanya menyesap manisnya saja. Akan ada hari-hari getir yang
membuat kita menyesal dilahirkan ke dunia, tetapi justru mengajari kita banyak
hal. Ya benar, setelah diingat-ingat saya justru tumbuh dan belajar bijak dari
hari-hari buruk yang terjadi dalam hidup saya. Oleh sebab itu, ketika duniamu
kembali murung, terimalah. Mungkin ini saatnya kita beristirahat dari hal-hal
luar dan benar-benar mendengarkan isi hati kita.
“Kadang kita perlu untuk kalah,
beristirahat, menyingkir dan hanya mendengarkan apa yang betul-betul kita
inginkan.”
beautifull, terkadang berbagi sebuah cerita membuat org lain nyaman. makasih kak
BalasHapusKadang disaat seperti itu, saya tidak mengerti dengan diri saya sendiri
BalasHapusSemangaattt ya, Mungkin itulah saat yg tepat untuk belajar lebih mengenal diri sendiri :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus